intsoftscape

around of me…and share…

GLOBAL WARMING – Strategi Bangunan Hemat Energi

Padatnya bangunan yang semakin mempersempit ruang terbuka hijau dengan konsep desain yang kurang dan bahkan tidak ramah lingkungan, merupakan salah satu kontributor terbesar penyebab terjadinya pemanasan global di dunia. Peneliti dari Queen’s University Ontario Canada mengamati perubahan es abadi di Kutub Utara selama 15 tahun terakhir, dan tercatat dalam empat tahun terakhir kerusakan paling dahsyat terjadi, yakni suhu di Kutub Utara mencapai 22 derajat Celcius dimana sebelumnya tidak pernah di atas 0 derajat Celcius. Kedalaman es di Kutub Utara pun sudah sangat menipis dan bahkan mengapung di permukaan.

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang terdiri dari kepulauan yang membentang dengan garis pantai terpanjang di dunia. Lokasinya yang berada di daerah khatulistiwa memiliki keuntungan dalam hal penyinaran matahari sepanjang tahunnya dan keberadaan kekayaan alam yang melimpah ruah. Akan tetapi dibalik semua itu terdapat dampak yang cukup merugikan. Penyinaran matahari yang terus-menerus menjadikan suhu permukaan akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan kawasan di belahan dunia lainnya. Hal tersebut menyebabkan peningkatan kebutuhan energi untuk mendinginkan ruang pada bangunan-bangunan publik kebanyakan.

Apabila kita lihat kondisi cuaca saat ini, bumi rasanya sangat-sangat panas, banyak orang yang mengeluh panas dan mananti-nanti hujan (status at Facebook), rumah sebagai tempat berlindung sudah tidak bisa lagi membuat kita nyaman karena serangan huhu yang meningkat. segala upaya dilakukan manusia untuk bisa menciptakan kenyamanan di rumahnya, tak jarang malah mereka langsung melirik si “AC” yang terbukti ampuh melawan serangan si suhu panas. Inilah ironisnya, disaat kita bahu membahu ingin mengurangi dampak global warming, justru kita juga yang menambah parahnya kerusakan bumi. Dengan kata lain, bumi yang sudah rusak semakin kita rusak lagi akibat tidak tahan dengan panas akibat global warmning.

Tiap orang berlomba-lomba membangun rumah idaman yang besar dan luas. Keterbatasan lahan yang dimiliki dan keinginan mencipkakan ruangan yang luas dan lengkap, membuat kita tidak sempat memikirkan area hijau dirumah kita. Dan dengan alasan kemanan, kita seringkali membuat rumah yang masif dan minim bukaan. Alhasil, suhu didalam rumah jadi sangat panas, cahaya matahari dan angin tidak bisa kita manfaatkan. Lalu apa jalan keluarnya?  Dengan menutup mata dan tanpa pikir panjang, kita kembali mengundang AC, lampu-lampu dan kawan-kawannya ke dalam rumah kita. Kebutuhan akan AC semakin meningkat, hampir tiap ruangan berisi AC, dan lampu selalu menyala pagi, siang dan malam hari.

Apabila kita bandingkan antara AC dengan tanaman, jelas saja AC secara instan dan lebih cepat membuat kita nyaman dalam ruangan. Tapi apakah kita harus mengunakan cara instan?

Strategi mewujudkan bangunan hemat energi –> minim AC dan minimalisasi cahaya buatan

Dari sisi pelepasan panas bangunan, aliran udara yang baik di dalam bangunan, sementara ini masih dianggap sebagai strategi yang ampuh untuk mereduksi pemanasan bangunan. Aliran udara yang baik melalui ventilasi silang sebaiknya diaplikasikan dalam bangunan untuk mengurangi ketergantungan pada sistim penghawaan buatan. Namun pada kondisi tertentu, seperti akibat adanya kepadatan bangunan yang tinggi, lahan yang terbatas dan lain-lain, strategi ini sulit diaplikasikan.

Dari aspek pencahayaan, perlu diingat bahwa matahari sebagai sumber pencahayaan alami mempunyai 2 aspek yang perlu dipertimbangkan, yaitu aspek cahaya dan panas. Oleh sebab itu kita harus mempertimbangkan kedua aspek tersebut dalam desain. Di satu sisi kita bisa memanfaatkan pencahayaan yang murah pada siang hari sehingga dapat menghindari penggunaan cahaya buatan pada siang hari dan di sisi lain kita bisa menekan panas yang masuk ke dalam bangunan.

Strategi:

Strategi awal yang dapat dilakukan adalah melalui pengolahan tata ruang, artinya dihindari ruang di dalam ruang (ruang bertumpuk). Toh seandainya hal itu harus terjadi, maka solusinya adalah dengan meninggikan bagian atap yang dapat memungkinkan penempatan bukaan atas, sehingga cahaya dan aliran udara dapat diakses ke dalam ruang tersebut.

Strategi yang kedua adalah mengorientasikan bangunan melalui alat-alat bukaan (jendela dan ventilasi) pada sisi bangunan yang tidak terkena pancaran matahari secara langsung dan sekaligus juga merespon arah angin datang (biasanya sisi Utara dan Selatan).

Yang ketiga adalah melengkapi bangunan dengan alat-alat pembayangan baik secara vertikal maupun horizontal.

Strategi yang ke empat yang dapat diterapkan adalah menjaga ketinggian dinding dan atap yang memungkinkan cahaya dan angin masuk ke bangunan dan sekaligus dapat mengurangi panas yang masuk dan tempias dari air hujan.

Strategi kelima adalah menerapkan pencahayaan dari atas, terutama untuk denah bangunan yang terlalu luas. Pada strategi yang kelima ini, aspek panas yang masuk tetap harus dipertimbangkan.

Satu hal lagi yang penting adalah perbanyak tanaman hijau di rumah…walaupun tidak instan, tapi apabila semua orang melakukannya, maka hasil nyata pasti akan cepat dilihat.

April 3, 2010 - Posted by | RUANG | , , , , ,

1 Komentar »

  1. benar, sedari dini setidaknya penggunaan elektronik dikurangi, tidak memakai AC berlebihan.

    Komentar oleh hanif IM | April 3, 2010 | Balas


Tinggalkan komentar